Kisah Habibie Copot Prabowo Dari Pangkostrad, Infonya Istana Telah Dikepung Kostrad

- Minggu, 10 September 2023 | 18:11 WIB
Mantan Presiden RI BJ Habibie dan Prabowo Subianto saat menjadi Pangkostrad (Ist.)
Mantan Presiden RI BJ Habibie dan Prabowo Subianto saat menjadi Pangkostrad (Ist.)

Rajawalinews - Pencopotan Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto kalah itu memang menjadi peristiwa yang sangat bersejarah. Banyak versi apa alasan sehingga BJ Habibie yang menggantikan Soeharto kala itu mencopot jenderal bintang tiga itu di tengah kondisi politik yang belum stabil.

Apalagi, Prabowo adalah jenderal yang bersinar dan menantu Soeharto. Pencopotan Prabowo pun dilakukan sehari setelah Habibie dilantik jadi Presiden. Alasan keputusan mencopot Letjen dilakukan Habibie setelah mendengar laporan Panglima ABRI Jenderal Wiranto.

Saat itu Wiranto melaporkan mengenai pergerakan pasukan Kostrad secara besar-besaran dari luar kota menuju Jakarta. Selain itu, sebagian di antara pasukan itu disebut telah "mengepung" kediaman Habibie di Kuningan dan Istana Kepresidenan.

Baca Juga: Terbakar Hingga Mati Akibat Kelalaian RSUD Soe, Keluarga Vinsensia Tempuh Jalur Hukum

Setelah memutuskan pencopotan Prabowo yang digantikan sementara oleh Letjen Johny Lumintang, Habibie mendapat laporan bahwa Prabowo ingin bertemu. Reaksi Prabowo pun ketika mengetahui dirinya bakal dicopot cukup keras. Kisah Prabowo bertemu BJ Habibie pun sangat menegangkan.

Habibie mengaku menyimpan kekhawatiran saat menantu presiden kedua RI Soeharto itu ingin bertemu.

"Bagaimana sikap dan tanggapan Pak Harto mengenai kebijakan saya menghentikan Prabowo dari jabatannya sebagai Pangkostrad? Apakah Beliau tersinggung dan menugaskan menantunya untuk bertemu saya," tulis Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan. Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006) yang dimuat di Kompas.com.

Baca Juga: Sadis! Petugas Tak Gubris, Tabung Oksigen RSUD Soe Kering Hingga Pasien Meninggal Terbakar

Hal lain yang mengganggu pikiran Habibie adalah jika Prabowo membawa senjata. Menurut peraturan, siapa pun yang menghadap Presiden memang tidak diizinkan membawa senjata.

"Tentunya itu berlaku untuk Panglima Kostrad. Namun bagaimana halnya dengan menantu Pak Harto? Apakah Prabowo juga akan diperiksa? Apakah pengawal itu berani?" tulis Habibie.

Habibie juga berpikir, bisa saja dia menolak Prabowo. Namun, Prabowo tetap dianggap perlu didengar pendapatnya. Sebab, dialog dianggap Habibie sebagai proses untuk saling mengerti dan memahami. Pertemuan pun dilakukan pada 23 Mei 1998.

Habibie mengungkap bahwa obrolan mereka dilakukan dalam bahasa Inggris, sebagaimana biasa ketika mereka bertemu. Dialog itu pun berlangung cukup panas.

Baca Juga: Langkah 'Sakti' JK di Pentas Politik Hingga Dijuluki Gus Dur si Kalajengking

"Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," demikian ucapan Prabowo, seperti yang diungkap Habibie.

Habibie pun menjawab bahwa dia tidak memecat Prabowo, melainkan mengganti jabatannya. Setelah mencopot dari jabatan Pangkostrad, Prabowo memang ditempatkan sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.

Halaman:

Editor: Januarius Pareira

Sumber: kompas.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X